Selasa, 07 Oktober 2008

Petikan Hikmah Menjelang Fajar……………………………………………

Ketika subuh masih menyulam mimpi.

Subuh yang dingin dengan ketenangan elok menentramkan jiwa

Sesekali ditingkahi bunyi pekikan kodok, tiupan angin lembut masih setia mengantar tidur jangkrik2 di luar sana.

Terkadang diikuti kokokan ayam jantan yang menandakan pagi akan segera datang.

Kembali kusulam selaksa kemurnian yang berpadu dengan kesabaran.

Kupeluk erat kedua kakiku dengan punggung bertumpu pada kursi empuk ruang tengah.

Denting jarum jam terus berlari dan seakan-akan berusaha menggapai pagi.

Tapi aku sama sekali ingin berlama-lama merajut mimpi2 dari keheningan subuh ini, dan aku sama sekali tak ingin beranjak.

Sudah ¼ jam berlalu dan aku masih terpaku di tempat duduk ini.

Aku bertanya “kesabaran, sampai kapan benihmu akan tetap bertahan?

Seindah-indahnya bunga mekar takkan pernah tumbuh , jika tidak dipupuk dengan tangan-tangan telaten penuh kesabaran sebelumnya.

Karena, bisa saja tangan itu menghancurkan serta merenggut nyawanya seketika dan bunga tak bisa berbuat apa-apa.

Dan andaikan bunga itu “aku” lalu siapakah tangan itu?

Aku seketika bergidik membayangkannya…

Aku berpikir, bisa saja dengan mudah Allah menjelma menjadi sosok tangan terhadap bunga itu, menghancurkan serta merta merenggut nyawanya.

Lalu apa daya ???

Aku tak pernah menafikan datangnya kematian itu.

Aku juga tak pernah ingin menafikan keberadaan Nya yang sewaktu2 bisa berbuat apa saja padaku yang hanya seorang makhluk tak berdaya yang pernah tercipta dariNya.

Dan apakah aku salah jika berusaha mengejar cintaNya, kasihNya, dan berharap tangan2Nya mempercantik diri ini, hingga mekar seperti bunga…

Apakah aku salah, teman?

Begitu banyak bunga yang mekar dan begitu banyak bunga yang masih tetap bertahan.

Karena Apa??

Karena tangan2 manusia selalu berharap bunga itu tumbuh dan tumbuh, memperlihatkan sosok yang cantik, indah dipandang mata.

Manusiapun tersenyum, ketika bunga2 yang selalu dirawatnya tersenyum kepadanya dengan tubuh yang telah kokoh dan indah.

Tapi alangkah bodohnya aku, aku dengan segala bekal yang dititipkanNya, sebenarnya mampu berbuat apa saja pada diriku sendiri

Aku bisa menggapai dunia dengan tangan anugerah dariNya.

Aku bisa menggapai apa yang kukehendaki dengan sedikit usaha dan Dia akan memudahkanNya selagi aku masih bergantung pada keyakinan akan kekuatanNya..

Dan aku juga bisa membawa diriku menyelami mimpi2 sekedar pemuas nafsu.

Aku bebas ingin membawa diriku kemana …

Dan setelah kutahu, bahwa kejahatan itu selalu menyakitkan…

Apakah aku akan tetap ingin memilihnya.

Dan setelah kusadari kebaikan itu melembutkan kalbu…

Tidakkah aku ingin menggapainya ?????

Tidak ada komentar: